‘TREND’ MASA KINI?
Oleh: Laqua Vindi & Nab
Di
siang hari yang terik hingga membakar kepala siapapun yang tidak memakai
pelindung apapun di kepala mereka, seorang anak sekolahan dengan ransel seperti
Dora sedang terseret keluar dari gerbang sekolah. Lautan kepala manusia yang juga berbondong-bondong keluar
dari area sekolah begitu menyesakkan hingga membuat anak perempuan bertas Dora
itu tersungut dengan wajah kusut. Kacamata tutup botolnya terpelorot dari tempatnya,
lalu ia menaikkan kacamatanya dengan lima jari.
Hari
ini ia berencana langsung pulang ke rumah tanpa mampir ke manapun. Anak itu pun
mengeluarkan sepeda ontelnya dari parkiran sekolah lalu membuka gembok
sepedanya dengan lima kunci berturut-turut. Setelah itu, ia pun mendudukkan
dirinya di atas jok sepeda dan bersiap untuk gowes di bawah panasnya neraka
(baca: terik matahari).
Kerudungnya
berkibar di sepanjang perjalanan. Meskipun matahari terus-terusan membakar
aspal, namun ia tidak patah semangat untuk mengayuh sepedanya hingga selamat
sentosa. Namun ia tidak menyadari
ancaman yang saat ini sedang mengintai di belakangnya.
Seorang
pemuda ceking memakai jersey dan helm ala pembalap internasional sedang
mengendarai sepeda motor bututnya dengan kecepatan lambat, bukan karena
motornya kehabisan bensin, namun saat ini ia sedang mengintai ‘korban’nya untuk
merampas hartanya. Ya, pemuda ceking ini adalah begal amatiran, yang saat ini
sedang memulai aksi perdananya. Untuk itulah ia memilih korban anak sekolahan
yang hanya mengendarai sepeda ontel seorang diri di tengah-tengah sawah dan
semak belukar. Oke, mungkin ini terkesan romantis, namun ini akan menjadi kisah
tragis anak itu, karena sebentar lagi seluruh harta kekayaannya yang disimpan
di dalam ransel Dora-nya itu akan segera dirampasnya. Hahaha, membayangkannya
saja membuat pemuda ceking itu tertawa sadis dan hampir saja menabrak semut
yang sedang melintas di jalan itu. Meskipun ia memiliki niat jahat pada
manusia, tetapi ia berhati baik pada binatang (layaknya Tarzan).
Nah,
korban sudah di depan mata, lokasi sudah mendukung, sekarang tinggal keberanian
mentalnya saja untuk menyerempet sepeda ontel anak itu dan kemudian
mengancamnya agar segera mengeluarkan seluruh isi tasnya itu. Dan sekarang
berhitunglah bersamaku. Satu ... dua ... tiga!
BRAK!
Sepeda
ontel yang dikayuh oleh anak bertas Dora itu pun oleng ke samping dan kemudian
jatuh jumpalitan ke tengah semak. Kepalanya tersantuk cangkang keong, dan
kacamatanya tersangkut di pedal sepeda. Kepalanya pusing sesaat, sebelum
akhirnya ia bangkit dan melihat sebuah pisau yang biasanya dipakai sebagai
atribut seragam pramuka teracung di depan hidungnya.
“Pilih!
Harta atau nyawa?!” sembur si pemuda ceking itu dengan suara melengking dan
hampir memecahkan gendang telingan si anak perempuan.
Karena
kebingungan disuruh memilih tiba-tiba, anak itu menjawab, “Atau!”
Dengan
muka bengong yang mirip seperti ekspresi Patrick saat berpikir, pemuda itu
terdiam sesaat dengan tampang bodoh. Dan anak itu mencoba menjauhkan wajahnya
dari pisau dan mencoba memungut kacamata tutup botolnya, yang malangnya
sekarang terjepit di rantai sepeda sehingga ia butuh waktu, usaha, dan tenaga agar
bisa melepaskan kacamata bulat tersebut tanpa mematahkannya. Setelah berhasil,
anak itu memakai kacamatanya dan kini ia bisa melihat siapa sosok yang
mengancamnya tadi.
Anak
itu melihat sesosok yang kurus kerempeng sedang memakai helm super besar
sehingga membuatnya seperti ikan teri berhelm. Sontak anak itu terbahak dan tak
sadar kalau pemuda itu sudah kembali dari alam bawah sadarnya.
“Woi!
Malah ketawa, mau cari mati, ya?! Cepat serahkan seluruh harta dan isi tasmu
atau kau akan mati!” bentak pemuda itu tak terima bahwa dirinya ditertawakan.
“Lha?
Kenapa, sih? Kamu mau jadi begal, ya? Begal itu dosa, tahu! Emang kamu nggak
mikir kalau perbuatanmu itu sungguh jahannam dan kamu tidak hanya akan masuk
penjara, tapi ke neraka!” ujar anak itu bijak sambil mengelap lensa kacamatanya
yang tidak mau bersih.
“Iya,
tapi ‘kan ....”
“Nggak
ada tapi-tapian, sekali dosa tetap dosa, kalau kamu memang niatnya mau cari
duit, seharusnya minta bantuan sama orang lain atau teman-temanmu ... atau
sekarang, kamu bisa minta sama aku, nggak perlu pakai cara beginian ....”
“Lho?
Memangnya boleh?”
“Boleh,
dong. Sesungguhnya, Allah selalu menolong hamba-Nya yang sedang kesulitan.
Kalau kamu meminta, insyaa Allah akan
dikabulkan—asalkan kamu selalu taat dan bersyukur kepada-Nya. Aku tahu kamu ini
teman sekolahku, jadi aku nggak akan melaporkan kejadian ini pada siapapun.
Asal kamu bertobat.” Perkataan dari anak berkerudung berkacamata tutup botol
itu pun telah menyentuh sanubari si pemuda ceking pembegal amatiran itu.
Matanya meneteskan air mata sebesar biji jagung—walaupun wajahnya tertutup
helm. Akhirnya dengan kepala dingin dan pikiran yang sudah jernih, ia pun
menyingkirkan pisau pramuka itu dan melepas helmnya—berniat meminta maaf kepada
anak tak bersalah itu.
Sedangkan
perempuan tersebut berdiri dan mengangkat sepeda ontelnya, lalu ia menoleh
kepada pemuda ceking yang telah melepas helmnya. Dapat dilihatnya sesosok wajah
rupawan yang menatapnya dengan muka bersalah, rambutnya yang bagaikan
semak belukar di halaman rumah kosong itu membuat perempuan tersebut ingin
sekali memangkasnya.
Setelah
beberapa waktu keheningan tercipta, si pemuda ceking angkat bicara, “Ng ...
maaf, ya. Sebenarnya aku lagi butuh uang, tapi nggak tahu mau minta ke siapa.
Karena akhir-akhir ini lagi trend membegal orang, makanya aku ikut-ikutan. Tapi
aku bersyukur korbannya kamu, karena berkat kamu aku nggak jadi melakukan perbuatan
laknat bin jahannam itu. Maaf, ya ....”
Dengan
mata berbinar-binar, anak perempuan berkacamata tutup botol itu tersenyum
merekah menampakkan giginya yang silaunya mengalahkan iklan Cl*se-Up. Dengan
riang, anak itu berkata, “Baiklah, permintaan maaf diterima. Kalau begitu aku
mau pulang dulu—mau ngasih makan ikan lele di rumah. Assalamu’alaikum!” Dan
perempuan itu bersiap mengayuh sepedanya ketika pemuda itu juga bersiap menaiki
motornya, namun ketika anak itu sudah mengayuh beberapa meter dari tempat
kejadian perkara, tiba-tiba sebuah suara serak nan miris menginterupsinya.
“Eh
... anu ... bensin motorku habis ....”
TAMAT
Terimakasih atas CERPEN yang telah dibuat oleh laqua vindi dan nabila farahmi(DETEKTIF TINTA).
Bahasanya keren sekali,ceritanya menginspirasi . GOMAWO laqua vindi dan nabila farahmi :D